Sejarah Pencak Silat Pamur
Salam juga buat kawan kawan pamur, Pelatihk Urip Setiono (dewan pendekar) , Juga dilatih Mas Hermano, anak pak Hasan. Walau berkelana kemana mana, tapi hati ini masih kesini. :'(
Saya sendiri ndak tahu Silat Bang Simin dan Cak Agil yang jadi basic awal silat pak Hasan, itu silat mana.
Tapi ada beberapa kesamaan gerak dengan SH misalnya ternyata berakar juga pada kesamaan silat daerah fort de kock minang yaitu posisi duduknya.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengembaraan Panjang Seorang Maha Guru
(Sejarah Hasan Habuddin, Pendiri Perguruan Pencak Silat Angkatan Muda Rasio/Pamur )
Sumber : Pamur.org
Dengan bermodal restu dari ayah dan Wedana Galis berangkatlah Raden
Hasan Habuddin Sastrosubroto menuju ke sebelah timur, yaitu Kalianget. Dari Kalianget menyeberangi laut menuju
pulau kecil, yakni Talangoh. Alat transportasi yang dapat digunakan menyeberang waktu itu hanyalah perahu-perahu
kecil dengan mengandalkan layar dan tenaga manusia.
Setibanya di Talangoh, Hasan belajar bela diri. Permainan bela diri di Talangoh ini melengkapi keahlian bela diri yang sudah dimilikinya sejak berada di Pemekasan, yaitu bela diri Bang Simin, dan Cik Agil. Kedua keahlian bela diri itu bukan termasuk keahlian okol dan ojung yang digemarinya.
Menurut Raden Hasan Habudin Sastro Subroto keduanya (okol dan ojung) tidak termasuk bela diri, tetapi suatu permainan yang
digemari masyarakat yang ada kaitannya dengan aktivitas raga manusia. Sekalipun okol dan ojung itu saat ini menjadi
sejenis pertandingan olah raga, pada keduanya belum memiliki system, metode, dan kurikulum seperti pencak silat atau
seni bela diri lainnya.
Pemerintah penjajah Jepang mengadakan pengejaran terhadap Hasan sehinga Hasan merasa tidak tenang di Talangoh.
Kemudian, upaya penyelamatan diri tetap dilakukan. Pengembaraan dilanjutkan ke sebelah
timur, yaitu ke Pulau Sapudi dengan memilih Pelabuhan Gayam yang terletak dibagian selatan pulau tersebut. Di pulau
Sapudi ini Raden Hasan Habuddin Sastro Subroto tidak langsung mengadakan aktivitas di bidang belajar mengajar bela
diri, tetapi lebih condong untuk memperkuat kerohanian.Pulau Sapudi merupakan salah satu pulau kecil yang terletak di
sebelah timur Pulau Madura. Pulau Sapudi seluas satu kecamatan, di pulau ini ia berlabuh pertama kali di Pelabuhan
Gayam yang berada di bagian selatan pulau. Di pulau ini pula terdapat Pegunungan Adi Podai yang menjadi leluhur
Raja Madura, yaitu Jokotole.
Di Pulau Sapudi, Raden Hasan Habudin Sastro Subroto menuju pegunungan untuk
bertapa. Pegunungan tersebut dikenal dengan nama Pegunungan Adi Podai sebab di tempat ini tersebar legenda di
tengah-tengah masyarakat Madura sebagai tempat yang dipilih oleh Pangeran Adi Podai utnuk bertapa. Masyarakat
Madura mengenal Pangeran Adi Podai sebagai salah seorang tokoh penting dalam upaya penegakan harkat dan
martabat kerajaan-kerajaan di Pulau Madura. Di samping itu, menurut Babad Madura, dari Pangeran Adi Podai ini lahir
seorang Raja Madura yang cukup terkenal, yaitu Jokotole. Jokotole pernah menjadi raja yang berkedudukan di
Sumenep. Selama di Pulau Sapudi, Hasan memilih Pegunungan Podai yang terletak di tengah-tengah Pulau Sapudi.
Belum berapa lama ia tinggal di pegunungan tersebut, timbul firasat yang kurang enak, seolah-olah ia merasa ada
isyarat tentang penangkapan atas dirinya oleh pemerintah penjajahan Jepan akan segera terjadi. Akhirnya diputuskan
untuk meninggalkan Pegunungan Podai dan melanjutkan pengembaraan menuju ke sebelah barat, yaitu ke desa
Padamaran yang berada di Pulau Sapudi juga.
Aktivitas belajar pencak kembali dilakukan di desa Padamaran, tetapi hanya berlangsung selama kurang lebih satu minggu
sebab ilmu pencak yang dimiliki oleh pendekar di desa Padamaran jauh lebih rendah dari ilmu pencak yang dimilki Hasan. Pendekar di desa Padamaran ini memimpin satu padepokan
tetapi nama dan jenisnya masih sulit
Saya sendiri ndak tahu Silat Bang Simin dan Cak Agil yang jadi basic awal silat pak Hasan, itu silat mana.
Tapi ada beberapa kesamaan gerak dengan SH misalnya ternyata berakar juga pada kesamaan silat daerah fort de kock minang yaitu posisi duduknya.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengembaraan Panjang Seorang Maha Guru
(Sejarah Hasan Habuddin, Pendiri Perguruan Pencak Silat Angkatan Muda Rasio/Pamur )
Sumber : Pamur.org
Dengan bermodal restu dari ayah dan Wedana Galis berangkatlah Raden
Hasan Habuddin Sastrosubroto menuju ke sebelah timur, yaitu Kalianget. Dari Kalianget menyeberangi laut menuju
pulau kecil, yakni Talangoh. Alat transportasi yang dapat digunakan menyeberang waktu itu hanyalah perahu-perahu
kecil dengan mengandalkan layar dan tenaga manusia.
Setibanya di Talangoh, Hasan belajar bela diri. Permainan bela diri di Talangoh ini melengkapi keahlian bela diri yang sudah dimilikinya sejak berada di Pemekasan, yaitu bela diri Bang Simin, dan Cik Agil. Kedua keahlian bela diri itu bukan termasuk keahlian okol dan ojung yang digemarinya.
Menurut Raden Hasan Habudin Sastro Subroto keduanya (okol dan ojung) tidak termasuk bela diri, tetapi suatu permainan yang
digemari masyarakat yang ada kaitannya dengan aktivitas raga manusia. Sekalipun okol dan ojung itu saat ini menjadi
sejenis pertandingan olah raga, pada keduanya belum memiliki system, metode, dan kurikulum seperti pencak silat atau
seni bela diri lainnya.
Pemerintah penjajah Jepang mengadakan pengejaran terhadap Hasan sehinga Hasan merasa tidak tenang di Talangoh.
Kemudian, upaya penyelamatan diri tetap dilakukan. Pengembaraan dilanjutkan ke sebelah
timur, yaitu ke Pulau Sapudi dengan memilih Pelabuhan Gayam yang terletak dibagian selatan pulau tersebut. Di pulau
Sapudi ini Raden Hasan Habuddin Sastro Subroto tidak langsung mengadakan aktivitas di bidang belajar mengajar bela
diri, tetapi lebih condong untuk memperkuat kerohanian.Pulau Sapudi merupakan salah satu pulau kecil yang terletak di
sebelah timur Pulau Madura. Pulau Sapudi seluas satu kecamatan, di pulau ini ia berlabuh pertama kali di Pelabuhan
Gayam yang berada di bagian selatan pulau. Di pulau ini pula terdapat Pegunungan Adi Podai yang menjadi leluhur
Raja Madura, yaitu Jokotole.
Di Pulau Sapudi, Raden Hasan Habudin Sastro Subroto menuju pegunungan untuk
bertapa. Pegunungan tersebut dikenal dengan nama Pegunungan Adi Podai sebab di tempat ini tersebar legenda di
tengah-tengah masyarakat Madura sebagai tempat yang dipilih oleh Pangeran Adi Podai utnuk bertapa. Masyarakat
Madura mengenal Pangeran Adi Podai sebagai salah seorang tokoh penting dalam upaya penegakan harkat dan
martabat kerajaan-kerajaan di Pulau Madura. Di samping itu, menurut Babad Madura, dari Pangeran Adi Podai ini lahir
seorang Raja Madura yang cukup terkenal, yaitu Jokotole. Jokotole pernah menjadi raja yang berkedudukan di
Sumenep. Selama di Pulau Sapudi, Hasan memilih Pegunungan Podai yang terletak di tengah-tengah Pulau Sapudi.
Belum berapa lama ia tinggal di pegunungan tersebut, timbul firasat yang kurang enak, seolah-olah ia merasa ada
isyarat tentang penangkapan atas dirinya oleh pemerintah penjajahan Jepan akan segera terjadi. Akhirnya diputuskan
untuk meninggalkan Pegunungan Podai dan melanjutkan pengembaraan menuju ke sebelah barat, yaitu ke desa
Padamaran yang berada di Pulau Sapudi juga.
Aktivitas belajar pencak kembali dilakukan di desa Padamaran, tetapi hanya berlangsung selama kurang lebih satu minggu
sebab ilmu pencak yang dimiliki oleh pendekar di desa Padamaran jauh lebih rendah dari ilmu pencak yang dimilki Hasan. Pendekar di desa Padamaran ini memimpin satu padepokan
tetapi nama dan jenisnya masih sulit
Comments
Post a Comment